Berlian Simbol Keabadian

Di poskan NGDlover Oleh ; Wiryo Sumekto

Ketika DeBeers penguasa hampir 90 persen pasar berlian - menggarap pasar Indonesia mereka mencari celah budaya untuk menciptakan permintaan terhadap berlian. Tidak seperti emas yang sudah mendarah daging dalam masyarakat Indonesia, berlian belum dapat dikatakan populer. Emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia Indonesia. Emas mempunyai manfaat fungsional sebagai alat investasi yang dianggap likuid. Mudah dibeli dan mudah pula dijual, yang harganya dapat menetralisir depresiasi rupiah.

Emas juga mempunyai manfaat emosional untuk dinikmati keindahannya. Sudah ada kesepakatan budaya bahwa emas adalah logam mulia yang memiliki nilai keindahan yang tinggi. Dan tentu saja karena nilai keindahannya yang tinggi dan diikuti pula harga yang tinggi dibandingkan logam lainnya, jadilah emas sebagai sarana untuk mengekspresi diri, terutama untuk wanita. Emas telah menjadi simbol status di berbagai sub kultur di Indonesia. Bahkan ada sub kultur yang menjadikan gigi emas sebagai simbol status.Bedakan dengan berlian. Selain kurang populer, bagi sebagaian besar orang Indonesia berlian bukanlah alat investasi yang likuid. Menjualnya kembali bukan persoalan yang gampang. Artinya bagi kebanyakan orang Indonesia, tidak diperoleh manfaat fungsional dari berlian. Yang dapat dikembangkan adalah manfaat yang bersifat emosional atau manfaat ekspresi diri.

Lantas apa yang dilakukan DeBeers untuk menciptakan permintaan di tengah kuatnya emas sebagai simbol keindahan? Mengedukasi pasar tentunya. Tapi mengedukasi pasar tanpa fokus yang jelas, tentu berbiaya mahal dan tidak dapat segera dirasakan hasilnya. Maka dipilihlah momentum pernikahan, yang di dalamnya ada ritual tukar cincin. Dalam setahun di negara kita terjadi ratusan ribu pernikahan. Dan uniknya budaya kita, sebagian orang Indonesia berani berkorban untuk tahapan hidup yang paling penting ini. Secara kultural tiga peristiwa hidup utama dalam budaya kita terdiri dari tiga peristiwa utama: lahir, menikah dan mati. Hampir semua budaya di Indonesia punya acara ritual yang menyertai kelahiran, perkawinan dan kematian. Dan seremoni dalam perkawinan merupakan yang terbesar. Suku-suku di Indonesia biasanya mempunyai ritual perkawinan yang panjang dan heboh. Dan mereka bersedia berkorban secara materi untuk kemegahan ritual maupun seremoninya. Ada yang rela menjual tanah untuk kemegahan sebuah seremoni perkawinan.

Tentu sebuah fenomena yang sangat menggiurkan. Sayang, cincin yang dipakai adalah cincin emas tanpa dihiasi batu permata, sebuah simbol kemurnian. Apa yang dilakukan DeBeers? DeBeers pun menawarkan sebuah nilai baru: keabadian. Cinta yang ditempa bukan hanya menawarkan kemurnian tetapi juga keabadian. Dan simbol keabadian yang ditawarkan adalah berlian. Dalam pesan yang disampaikan, dikisahkan bagaimana sebutir berlian terbentuk. Dalam tempaan alam selama beribu-ribu tahun terbentuk batuan terkeras di dunia. Batuan ini kemudian digosok dengan hati-hati, dengan keahlian dan cita rasa yang tinggi. Pesan ini kemudian dilengkapi dengan product knowledge mengenai berlian: jenis dan bentuknya. Termasuk menganalisa kualitas berlian berdasarkan formula 4 C (Clarity, Colour, Cut, Carat ). Juga disarankan untuk meminta pertimbangan ahli yang dipercaya untuk menilai berlian.

Kemudian DeBeers juga mendorong permintaan melalui peristiwa-peristiwa penting lainnya dalam kehidupan. Moments of life. Kawin perak dan kawin emas merupakan peristiwa yang dibidik dan masih sejalan dengan nafas diamond forever, lambang keabadian. Hadiah cincin berlian ketika sang gadis memasuki usia dewasa juga dipromosikan.Ketika krisis menerpa Indonesia, dolar melonjak gila-gilaan. Tentu saja harga berlian ikut melonjak. Muncullah iklan yang menawarkan pembelian berlian dengan beralamatkan kamar-kamar hotel kelas atas. Yah, ketika krisis menerpa sebagian pemilik berlian memerlukan dana. Dan berlian pun berpindah tangan. Apakah ini juga merupakan moment of life? Mungkin benar bagi bersangkutan, tapi tentu saja yang ini bukan kenangan indah dan bukan peristiwa yang diharapkan.

Secara psikologis orang ingin mengenang peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya, dengan sebuah aktivitas atau perlambang. Peristiwa-peristiwa ini ada bersifat generik yang biasanya diperkuat oleh nilai-nilai budaya seperti kelahiran, perkawinan, atau yang lebih individual macam ulang tahun, dan peristiwa yang lebih subyektif: saat bahagia, saat meraih kesuksesan.Moments of life yang melekat dalam kehidupan manusia adalah sebuah titik yang dapat dipakai oleh pemasar untuk menciptakan permintaan. Mulai dari McDonald yang membuat paket ulang tahun, perhiasan, industri fotografi, gaun pengantin, paket wisata, merek-merek yang telah mempunyai brand heritage macam Rolex, hotel sampai manajemen perkawinan. sumber : majalah TRUST