Diposkan NGDlover Kamis, 05 Februari 2009 Oleh : Dede Suryadi
Emas, berlian dan permata tetap diyakini sebagai alternatif investasi yang menarik dari masa ke masa, termasuk di masa krisis sekarang. Hanya saja, saat ini harga perhiasan tersebut cenderung turun. Hampir setahun terakhir, risiko investasi di sektor keuangan makin tinggi. Penyebabnya, kondisi pasar keuangan masih belum menentu sebagai dampak krisis global yang terjadi saat ini. Kurs rupiah terhadap dolar AS yang tidak stabil mengakibatkan ketidakpastian nilai investasi makin menjadi-jadi.
Kondisi ini membuat masyarakat mulai melirik kembali logam mulia sebagai investasi jangka panjang, sekaligus menyeimbangkan portofolio investasinya. Emas, berlian dan permata menjadi alternatif investasi. Malah, di negara yang masyarakatnya sudah maju, kondisi ini juga membuat transaksi derivatif logam mulia itu bergairah. Harga emas yang di awal 2007 masih sebesar US$ 640/troy ounce sempat melejit hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah: US$ 1.125/troy ounce di 2008. Ini tak lepas dari menggilanya harga minyak mentah dunia yang juga sempat mencetak rekor tertinggi, yakni US$ 147 per barel.
Kemudian, sejalan dengan melemahnya minyak dunia, harga logam mulia ini pun ikut turun. Seperti di New York Mercantile Exchange, harga emas untuk pengiriman Februari 2009 turun US$ 30 atau 3,5% menjadi US$ 825/troy ounce, terendah sejak 15 Desember 2008 yang mencapai US$ 821. Dalam lima bulan terakhir harga emas telah turun 2,8%.
Leo Hadi Loe, Country Representative World Gold Council, memprediksi, jika ekonomi dunia memburuk, harga emas akan naik menuju US$ 900-1.100/troy ounce. Sebaliknya, apabila gebrakan Barack Obama, Presiden Amerika Serikat yang baru, sukses meredam krisis, harga emas bisa melorot ke kisaran US$ 400-600.
Demikian pula berlian, sekarang harganya cenderung turun. Menurut A.B. Susanto, gemolog dan kolektor berlian, pada saat krisis global seperti sekarang, harga berlian di pasar internasional turun. “Turunnya hingga 30% dibanding tahun lalu. Ini cukup signifikan. Padahal, selama ini harga berlian jarang turun,” doktor endrocrinology diabetology dari Universitas Duesseldorf yang memperdalam ilmu tentang berlian di Gemmological Institute of Idar Oberstein, Jerman, ini mengungkapkan.
Lihat saja, pada lima bulan pertama 2008, International Diamond and Jewelry Exchange melaporkan, harga berlian 5 karat berharga minimal US$ 1 juta, sudah naik 76,5%. Di AS, nilai impor bersih berlian juga naik 52,59% menjadi US$ 1,038 miliar dalam kurun tersebut, sedangkan ekspor kotor turun menjadi US$ 1,267 miliar dengan volume 2.831.579 karat.
Nah, bagi A.B. Susanto, ketika harga perhiasan turun, itu adalah sebuah peluang untuk mengoleksinya. Hanya saja, ia mewanti-wanti, kalau mau beli, barangnya haruslah berkualitas bagus, bukan kualitas so so. Artinya, kalau harga lagi turun, turun sekali, sementara kalau naik, kenaikanya tidak banyak. Untuk mendapatkan berlian kualitas bagus, ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan apabila ingin menjadikan berlian sebagai sebuah produk investasi. Yang umum dikenal dalam pemilihan berlian adalah faktor 4C: clarity, carat, cutting, colour.
Pertama, clarity (kejernihan). Ini merupakan terminologi yang mengacu pada kerusakan atau cacat berlian. Makin sedikit kerusakannya, makin sempurna cahaya yang dipantulkan. Kedua, carat (karat). Berlian diperjualbelikan berdasarkan karat atau beratnya, dan bukan berdasarkan volume atau banyaknya. Berlian dengan bobot 1 karat terdiri dari 100 poin. Jadi, berlian 50 poin memiliki bobot karat 0,5. Akan tetapi, berlian dengan ukuran karat besar tidak selalu berarti lebih baik dan sempurna. Dengan kualitas lebih tinggi, berlian yang ukuran karatnya kecil mungkin memiliki nilai lebih besar ketimbang berlian berkarat besar tapi tidak sempurna.
Ketiga, cutting (irisan). Berlian akan memantulkan cahaya yang sangat cemerlang jika irisan atau cutting-nya sempurna. Untuk menguji kualitas irisannya, lihatlah berlian dari atas. Dengan begitu, pola pantulan sinarnya akan terlihat jelas. Dan, keempat, colour (warna). Makin bening atau jernih berlian, makin tinggi pula nilainya. Oleh sebab itu, berlian tanpa warna merupakan berlian terbaik. Tingkat warna berlian terdiri dari: D-F untuk colorless (putih), G-J untuk hampir tidak berwarna, K-M untuk kekuning-kuningan, N-R untuk kuning sangat terang, S-Z untuk kuning terang, hingga Z untuk warna fancy.
Untuk investasi, kata A.B. Susanto, pilih yang karatnya cukup besar. Makin tinggi karat sebuah berlian, makin tinggi kenaikan harga dan mudah menjualnya. Berlian dengan karat tinggi disebut berlian solitaire. Biasanya, makin besar ukuran berlian, makin sederhana bentuk atau desain pengikatnya, sehingga nilai berliannya lebih tinggi dibanding nilai pembuatan. Berbeda dari berlian yang besarnya di bawah dua karat, yang umumnya lebih dicari adalah kreasi desainnya.
Perlu diperhatikan, investasi pada perhiasan adalah investasi untuk jangka panjang. Apabila hanya 1-2 tahun, atau bahkan kurang dari setahun, kenaikan harga berlian tak setinggi produk investasi lain. "Tetapi dalam kurun yang cukup lama, nilai intrinsik benda berharga ini terlihat naik signifikan," kata pakar manajemen dari Jakarta Consulting Group itu. Tentunya, harga jual dan harga beli berlian bisa mengikuti harga yang ditentukan oleh Rapaport Diamond Report dari Gemological Institute of America.
Sementara, untuk permata, hal yang perlu diperhatikan seorang calon pembeli agar dapat dijadikan investasi adalah ada-tidaknya sertifikat dari laboratorium permata. Ini juga berlaku untuk berlian. Sertifikat ini dibutuhkan untuk membedakan antara permata natural yang terbentuk oleh alam dan permata sintetis buatan tangan manusia. Permata yang dapat dijadikan investasi, tentu saja, permata yang terbentuk oleh alam.
Kualitas dan ukuran permata juga penting untuk dipertimbangkan calon pembeli. Agar dapat dijadikan barang investasi, permata harus memiliki kualitas tinggi. Ukuran permata juga tidak bisa diabaikan. Semakin besar ukurannya, semakin tinggi potensi investasinya. Untuk jenis diamond, ukuran yang dibutuhkan minimal satu karat. Sementara untuk jenis ruby, dibutuhkan minimal tiga karat.
Aspek kelangkaan dan desain juga memengaruhi harga jual permata. Jenis permata yang bisa jadi sarana investasi cukup banyak, mulai dari batu akik, ruby, alexandrite chrysoberyl, mutiara, malachite, cats eye chrysoberyl, green garnet, hingga paraiba tourmaline. Asalkan asli, permata jenis apa pun dapat menghasilkan keuntungan.
Dewi, seorang kolektor pertama, mengatakan, berinvestasi melalui batu permata, selain setiap tahun nilai investasinya naik, juga dapat dipakai sebagai perhiasan. Untuk membeli batu mulia ini, Dewi memiliki triknya, yaitu selalu membeli permata yang sudah ada sertifikatnya. Di Indonesia, sertifikat itu bisa didapatkan, antara lain, di PT Guna Inti Permata. “Dengan adanya sertifikasi, pemiliknya akan merasa tenteram dan nilainya akan naik terus,” katanya.
Dewi juga membandingkannya dengan emas. Menurutnya, emas yang sudah lama dipakai akan semakin susut harga dan nilainya. Namun, kalau permata, semakin lama dipakai, semakin tinggi nilai jualnya. Termasuk di saat krisis global saat ini, ia lebih banyak mengoleksi permata karena harganya relatif turun. “Investasi permata ini untuk long term,” ia mengungkapkan. Maka, ia tidak khawatir meski sekarang harga logam mulia cendrung turun, karena investasinya untuk jangka panjang.
Dewi mengaku pernah menjual benda kesayangannya yang sudah ia simpan lima tahun, dengan return mencapai lebih dari 50%. Sayang, ia keberatan menyebutkan angka persisnya. Ditambahkan A.B. Susanto, nilai jual berlian dan permata sangat subjektif. Transaksi jual-belinya pun sangatlah personal. “Biasanya dilakukan secara face to face,” ujarnya mengungkap pengalamannya sebagai kolektor berlian.
Mengenai emas, bentuknya beragam: perhiasan, koin dan batangan (lantakan) dengan kadar berbeda, seperti 22 dan 24 karat, atau ada yang menghitung dalam persentase, yaitu 95% dan 99%. Untuk mendapatkan emas tidaklah sulit. Tinggal datang ke toko emas di mana saja seperti di pusat perdagangan emas Cikini dan Melawai, Jakarta, atau langsung ke PT Aneka Tambang (Antam) di Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur, yang menjual emas batangan secara eceran. Emas dari Antam terjamin karena perusahaan ini telah mengantongi sertifikat logam mulia dari London Bullion Market Association, asosiasi emas internasional.
Hanya saja, koin emas saat ini tergolong langka yang menjual. Dulu, Perum Pegadaian pernah menjual koin emas ONH 24 karat yang diperuntukkan sebagai wahana investasi untuk persiapan ongkos naik haji. Bahkan, Pegadaian memiliki sejumlah gerai khusus yang menjual koin ONH emas ini bernama Galery 24. Saat ini, Pegadaian tak lagi menjual koin emas ONH.
Emas cenderung diminati karena kebal terhadap laju inflasi. Bahkan, ketika inflasi naik harga logam mulia ini pun ikut naik. Data menyebutkan, ketika inflasi naik 10%, harga emas naik 13%. Ketika inflasi meningkat 20%, harga emas melonjak sampai 30%. Maka, emas sering dijadikan wahana yang ampuh untuk berinvestasi saat krisis, antara lain ditandai dengan inflasi yang meningkat tajam. Sementara, dalam kondisi ekonomi dan politik yang stabil, jarang sekali harga emas meningkat secara tajam. Terbukti, saat kita mengalami krisis yang hebat tahun 1998, harga emas pun naik tajam karena permintaan terhadap logam mulia ini juga meningkat. Saat krisis, emas banyak dijadikan sebagai wahana lindung nilai (hedging) terhadap aset seseorang.
Sayang, kalau menengok pasar derivatif emas di Indonesia, perkembanganya belum menggembirkan. Diakui Hasan Zein Mahmud, Presdir Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), hal tersebut terjadi karena masyarakat masih belum banyak yang paham tentang derivatif dan lebih menyukai transaksi emas dalam bentuk fisik seperti di toko-toko emas.
Sekarang, BBJ sudah memperdagangkan Kontrak Berjangka Emas, Kontrak Indeks Emas, Kontrak Gulir Emas dan US$. Kontrak Gulir Emas dan US$ baru diluncurkan akhir tahun lalu, dengan harapan itu dapat mendongkrak BBJ. “Di antara keempatnya, yang paling rame adalah Kontrak Indeks Emas. Sementara Kontrak Gulir Emas masih sepi,” kata Hasan blak-blakan. Data BBJ menyebutkan, pada 2008 transaksi Kontrak Indeks Emas mencapai 53.339, naik 30% dibanding tahun 2007 (38.799 transaksi).
BBJ juga sedang merancang perdagangan pasar fisik emas. Memang rencana ini sudah lama. Bahkan, BBJ sudah merancang perdagangan negotiable gold forward, bekerja sama dengan Antam yang berperan sebagai emiten/issuer. Antam akan mengeluarkan sertifikat emas yang dipegang oleh para investor. Sertifikat emas ini ada jatuh temponya dan menghasilkan bunga dalam bentuk emas lagi. Jadi, emas berbunga emas dan fisiknya bisa diambil di Antam pada saat jatuh tempo.
Nah, sertifikat emas itu bisa diperdagangkan di BBJ dari satu investor ke investor lain dan BBJ sendiri yang menyediakan bursanya berupa fasilitas online. “Namun karena tidak mendapat support dari otoritas bursa, Antam mundur dan rencana ini tertunda,” ujar Hasan. Saat ini BBJ berusaha lagi mewujudkan pasar fisik emas ini. Hasan yakin, jika rencana ini berjalan, transaksinya akan menggembirakan karena yang namanya investasi emas akan tetap stabil.
Senada dengan Hasan, A.B. Susanto dan Dewi pun tetap optimistis, kendati harga perhiasan sekarang cenderung turun, ke depan harganya akan meningkat. Asalkan untuk jangka panjang, investasi di perhiasan tetap seksi.
Riset: Rohmat Purnadi.
NGDlover archives
1 comments:
Sejauh ini yang saya coba, investasi perhiasan ataupun emas biasa cukup stabil. Saya bandingkan dengan deposito lebih enakan emas. Selain bisa terus dipakai atau disimpan harganya juga tetap stabil di level tertentu
Post a Comment